Jumat, 30 Agustus 2013
Antara Sahabat dan Cinta
" Maafkan aku teman
Aku takkan bisa menjadi kekasih
Bagi pacarmu
Meskipun itu Permintaan terakhirmu
Untukku...."
Kalimat itulah yang menjadi isi hatiku saat ini. Ya, semenjak Tommy seorang sahabatku meninggal dunia, akibat Leukimia yang telah lama ia alami.
Aku telah mengenalnya semenjak tiga tahun yang lalu. Kala itu aku duduk semester akhir di sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Kota Gudeg Jogjakarta.
Namaku Jhonny, saat ini aku bekerja di salah satu perusahaan house (PH) yang berada di Jakarta. Sebelumnya aku kuliah di Fakultas Ilmu Komputer dan aku mengambil jurusan Manajemen Informatika. Namun rasa cintaku terhadap seni membuatku untuk memilih mendalami multimedia. Satu hal yang membuatku tertarik dengan Multimedia adalah animasi, CGI (Computer Graphic Interface), Editing Video dan lain sebagainya.
Ketika kuliah aku ngekost di Jalan Gejayan. Dengan pertimbangan hal ini lebih dekat dengan kampusku. Perkenalanku dengan Tommy dimulai dalam suatu Malam. Kala itu cacing perutku sudah meronta-ronta, sementara jarum jam telah menunjukkan pukul 01.00 Dini hari, sialnya uangku hanya tinggal tiga ratus ribu rupiah, aku belum mendapat kiriman dari orang tuaku. Dan lebih naasnya lagi uang tiga ratus ribu rupiah itu sebenarnya digunakan untuk membayar Uang Semester ku.
Otakku berfikir bagaimana caranya agar aku bisa mengisi perutku dan membuat mereka tertawa bahagia.
"Ah, Sial" Kataku dalam hati
Dengan tekadku yang kuat, dan tanpa pertimbangan lagi akhirnya aku hidupkan sepeda motorku, untuk mencari warung Burjo (Bubur Kacang Ijo) di dekat kostku.
" Mungkin semangkuk Intel (Indomie Telor) goreng mampu membuat perutku merasa tentram" begitulah pikirku
Tak jauh dari kostku aku menemukan warung Burjo yang masih buka, warung ini biasanya adalah langgananku untuk santai, makan, dan biasanya aku juga hutang di warung ini. Mungkin kalian sudah tahu alasanku hutang.
Malam itu Aku memesan semangkuk Mie Instant dan Es Teh
"Kang, hutang ya, belom dapat gajian nich dari ortu" kataku dengan teriak
"Bayarnya kapan atuh, hutang melulu" kata penjaga Warung
"Besok deh, aku janji" kataku
Aku duduk di sebuah meja dimana tepat berhadapan dengan seseorang pria yang mungkin sebaya denganku, pria dengan berkacamata itu hanya tersenyum dengan lesung pipitnya.
"Lagi Bokek, ya" katanya
"Ya nich mas" kataku
"Ya udah ntar tak bayarin" katanya dengan logat jawa yang medok
"Hatur Nuwun mas" Kataku sambil tersenyum
"Tinggal dimana mas" katanya lagi
"Di Gejayan"
"Oh ya, Kenalkan nama saya Tommy, disini kuliah ya" Katanya
"Ya, namaku Jhonny aku asal Kalimantan" kataku
Tak lama kemudian akhirnya terjadilah pembicaraanku dengan Tommy, dia adalah seseorang sutradara film indie dan berasal dari keturunan ningrat. Aku pun mengenali diriku sebagai seorang mahasiswa yang mendalami ilmu editing (multimedia) Lalu kami saling tukar nomor handphone.
"Ah, alhamdulillah Jika aku tidak bertemu dengannya aku tidak tahu bagaimana caranya agar aku bisa membayar uang SPP Kuliahku besok" Kataku dalam hati
Keesokan harinya aku mendapat SMS dari Tommy,
"Hallo Dab, Piye kabare, Oh, ya aku ono film indie, Filmnya belum tak edit, soal e aku sibuk, Jadi aku harap kamu bisa mengedit filmku ini. Nanti kamu kerumahku aja ntar kamu tak jemput. Kost mu dimana"
Aku membalas SMS tersebut
"Aku masih di Kampus nih, Masih ada kuliah ntar kalo aku pulang aku sms kamu, Oke Dab"
Lalu dia membalas SMS dariku
"Oke"
Ketika aku pulang kekost, aku tak lupa untuk sms Tommy
"Bro, aku udah nyampe di kost"
Sekitar tiga jam aku tunggu di kost akhirnya Tommy menjemputku, dan membawaku kerumahnya.
Tommy bagiku adalah sosok orang yang ramah, supel, dia bisa bergaul dengan siapa saja, tak peduli kaya atau pun miskin. Ini adalah film indieku yang pertama kalinya aku garap. Jadi aku pun tidak bisa sembarangan dalam mengedit scene-scene yang telah ada di PC Tommy, aku harus berhati-hati. Oleh sebab itulah aku banyak bertanya kepada Tommy.
Tommy orangnya murah tersenyum.
Tak terasa setahun lamanya aku menjadi sahabat Tommy. Dia sering melibatkanku didalam produksi - produksi filmnya, entah aku sebagai kameraman, lighting, editing, computer graphic dan lain sebagainya.
Tommy adalah seorang teman yang memiliki segudang ilmu pengetahuan perfilman tak jarang pula aku sering ditraktir olehnya untuk menonton film di Bioskop maupun DVD. Bagiku dia sudah lebih dari seorang sahabat. Mungkin dia adalah kakak bagiku. Orang tua Tommy amat ramah kepadaku, meskipun mereka sering ke Jakarta.
Jujur ku akui, aku sering ikut berbagai festival film Indie bersama Tommy. Terkadang kami menang dan terkadang pula kalah. Terkadang juara satu dan terkadang pula tersisih di penyisihan. Tapi bagi kami persahabatan mengalahkan segala-galanya
Hanya satu kekuranganku dengan Tommy, Tommy memiliki seorang pacar yang bernama Lisa. Orangnya cantik, sedangkan aku satu pun aku tak memiliki kekasih. Ingin sekali harapanku memiliki kekasih namun tak terwujud. Tapi itu tak masalah bagiku.
Yang terpenting bagiku adalah persahabatan, dari persahabatan ini secara tanpa kusadari aku bisa memiliki penghasilan yang tak kukira datangnya. Ya dari hasil jual filmlah. Karena bagi kami film dapat menjadi hal komoditas yang berharga.
Hingga suatu malam ketika aku menginap dirumahnya secara tiba-tiba Tommy bertanya kepadaku
"Dab, kamu kok gak punya pacar sih, seandainya aku udah gak ada kamu mau gak jadi Pacar e Lisa"
Pertanyaan itu amat menyentakku
"Maksud Loe, apa nich Tom"
"Kamu, tahu gak kalo umur kita itu gak ada yang tahu, Aku juga ndak tahu umurku sampe berapa, Dab, koe wes tak anggap kayak sodara sendiri, koe udah tak anggap kayak adikku sendiri."
"Gua gak ngerti maksud loe"
"Yo wes, jujur wae, aku ngerasakan kalo aku semakin hari semakin lemah, aku udah ndak kayak yang dulu lagi, aku bukan Tommy yang kamu kenal, Aku Uhuk..Uhuk...Uhuk..."
"Loe kenapa Tom"
Aku terkejut ternyata dari Mulut Tommy mengeluarkan darah
"Tom, Loe sakit"
Tommy hanya terdiam
"Loe Jawab Pertanyaan Gue"
Tommy hanya mengangguk
"Sebenarnya udah lama aku sakit seperti ini. Waktu aku kecil aku pernah terkena Leukimia, Aku udah gak kuat lagi, kalo aku gak ada kamu mau jadi pacarnya lisa"
"Gue bakal antar loe ke rumah sakit, loe harus kuat Tom"
Sentak aku menghentikan pekerjaanku dirumahnya Dengan sepeda motorku aku mengantar Tommy Ke Rumah Sakit Bethesda. Kutelepon orang tua Tommy, dan mengatakan bahwa kondisinya sudah gawat. Keesokan harinya, kedua orang tua Tommy telah tiba di bandara lalu dijemput olehku dan juga Lisa. Kami langsung menuju Rumah Sakit Bethesda, dan di ruang dimana Tommy dirawat.
Tangis keluarga pun menjadi-jadi. Kugenggam tangan Tommy erat-erat. Seorang dokter mengatakan bahwa kondisi Tommy Sudah Koma. Dan kritis.
Tommy membisikku untuk terakhir kalinya
" Jhon, tolong Jaga Lisa baik-baik ini adalah permintaan terakhirku, aku minta jadilah kamu seorang moviemaker yang handal" katanya secara terbata-bata
"Ya, Gue berjanji"
Tak lama kemudian dia menghembuskan nafas terakhirnya. Oh Tuhan aku kehilangan seorang sahabat yang penting dalam hidupku. Mengapa cepat engkau memanggil sahabatku. Entah dimana kudapatkan sahabat seperti dia.
Di hari pemakamannya tak kuasa aku menahan tangis isak air mataku, Teman jujur aku katakan bahwa aku tak mencintai Lisa, aku terlanjur menganggapnya sebagai sahabatku. Aku merasa berdosa pada Tommy yang tak bisa memenuhi janjinya guna menjadi pengganti dirinya didalam kehidupan Lisa.
Keesokan harinya aku ajak Lisa di sebuah kafe. Lalu Aku akan mencoba berkata jujur kepada Lisa.
"Lis, aku minta maaf kepadamu, kalau aku gak bisa menjadi pengganti Tommy di kehidupanmu."
"Kamu masih punya hati gak sih, kamu sempat bicara seperti itu. Aku gak ngerti deh maksudmu apa" Kata Lisa
"Jujur Tommy memintaku untuk jadi penggantinya. Pengganti pacarmu tapi maaf aku sudah punya pacar lain yang bernama..."
"Stop, Kamu ternyata gak berterima kasih kepada Tommy, Kamu selama ini kuanggap sebagai saudara ternyata berkhianat di belakang Tommy Dan..." Kata Lisa
"Aku belum selesai bicara, apa kamu sudah memiliki hati kepadaku, apa artinya pacaran jika tanpa dilandasi cinta" Kataku
"Seandainya Tommy masih hidup mungkin dia menyesal punya saudara angkat sepertimu" Katanya lagi
"Lisa, Please Kamu ingin jadi pacarku karena kamu sebenarnya masih cinta Tommy. Jujur aku rasa Tommy mengerti kalau tanpa cinta suatu hubungan takkan pernah berhasil, dan mungkin dia maklumi di alam baka sana"
Lisa hanya diam terpaku
"Begini aja deh, kalau kamu mau, yah jujur aku juga gak tega membayangkannya. Aku mohon carilah pengganti diriku, yang lebih baik dariku, kurasa kamu akan menemukannya."
Lisa mengangguk setuju, aku tahu dia terluka karena ucapanku, kulihat air matanya jatuh berlinang. Kuusap airmatanya
"Kita masih bisa bersahabat" ucapku
Teman, saat ini kenangan itu masih membekas di benakku, paling tidak hingga kutuliskan sebuah puisi diatas sebagai ungkapan hatiku mengenang sahabatku.
" Maafkan aku teman
Aku takkan bisa menjadi kekasih
Bagi pacarmu
Meskipun itu Permintaan terakhirmu
Untukku...."
Jakarta 20 - Juni - 2007
Cerita ini pernah masuk ke Koran Pontianak Post, Bulan Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar